Arsitek Masjid Al Jabbar, sebuah mahakarya arsitektur yang kini menjadi ikon kebanggaan Jawa Barat, telah berhasil memadukan nilai-nilai spiritualitas Islam dengan keindahan estetika modern. Perjalanan pembangunan masjid ini tidak hanya tentang mendirikan sebuah bangunan megah, melainkan juga tentang mewujudkan sebuah visi yang mendalam melalui tangan seorang perancang ulung.
Kisah di balik rancangan unik ini melibatkan pemikiran filosofis yang kaya, inspirasi dari budaya lokal, serta inovasi dalam setiap detailnya. Memahami siapa arsitek di baliknya dan bagaimana gagasan-gagasannya diterjemahkan menjadi bentuk fisik, memberikan perspektif menarik tentang perpaduan seni, sains, dan spiritualitas dalam arsitektur kontemporer.
Latar Belakang dan Konsep Desain Masjid Al Jabbar

Masjid Raya Al Jabbar, yang kini berdiri megah di kawasan Gedebage, Bandung, merupakan salah satu ikon arsitektur Islam di Jawa Barat. Perjalanan pembangunannya tidak hanya merepresentasikan sebuah proyek fisik semata, melainkan juga sebuah perwujudan visi dan cita-cita besar untuk menghadirkan pusat peribadatan dan kebudayaan Islam yang inklusif bagi masyarakat. Dari gagasan awal yang lahir dari pemikiran visioner hingga peresmiannya yang dinanti-nantikan, setiap tahapan konstruksi masjid ini mencerminkan dedikasi dan harapan akan sebuah bangunan yang tidak hanya fungsional, tetapi juga estetis dan bermakna mendalam.Proses perancangan Masjid Al Jabbar dimulai dengan konsep yang menggabungkan elemen modernitas dengan kekayaan filosofi Islam dan budaya Sunda.
Nama “Al Jabbar” sendiri, yang merupakan salah satu dari 99 Asmaul Husna, memiliki makna “Maha Perkasa” atau “Maha Memaksa”, sekaligus menjadi akronim dari “Jawa Barat”. Konsep desainnya yang unik, menyerupai tumpukan buku yang terbuka, secara implisit menyampaikan pesan tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
Perjalanan Pembangunan Masjid Al Jabbar
Pembangunan Masjid Raya Al Jabbar merupakan sebuah perjalanan panjang yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, arsitek, hingga masyarakat luas. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tahapan krusial dalam proyek monumental ini, berikut adalah garis waktu penting yang merangkum peristiwa-peristiwa utama dari awal gagasan hingga peresmiannya.
| Tahap | Tahun | Peristiwa Utama |
|---|---|---|
| Gagasan Awal | Sekitar 2015-2016 | Ide pembangunan masjid raya provinsi muncul dari Gubernur Jawa Barat saat itu, Ridwan Kamil, yang juga seorang arsitek. |
| Peletakan Batu Pertama | Desember 2017 | Dilakukan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya konstruksi, berlokasi di area Gedebage, Bandung. |
| Fase Konstruksi Awal | 2018-2020 | Fokus pada pembangunan struktur dasar, fondasi, dan kerangka utama masjid, termasuk bagian kubah dan menara. |
| Penyelesaian Interior dan Eksterior | 2021-2022 | Pengerjaan detail arsitektur, pemasangan ornamen, kaligrafi, fasilitas penunjang, serta penataan lanskap di sekitar masjid. |
| Peresmian | Desember 2022 | Masjid Raya Al Jabbar resmi dibuka dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat, siap melayani masyarakat sebagai pusat ibadah dan destinasi wisata religi. |
Tujuan Pendirian Masjid bagi Masyarakat Jawa Barat
Pendirian Masjid Raya Al Jabbar tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual semata, melainkan juga memiliki misi yang lebih luas dalam konteks pembangunan sosial dan budaya di Jawa Barat. Masjid ini dirancang untuk menjadi lebih dari sekadar tempat shalat, melainkan sebuah pusat multi-fungsi yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat.Berikut adalah beberapa tujuan utama yang ingin dicapai melalui pendirian Masjid Al Jabbar:
- Sebagai Pusat Ibadah Utama: Menjadi masjid raya provinsi yang representatif, mampu menampung ribuan jamaah untuk shalat berjamaah, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya.
- Destinasi Wisata Religi: Dengan arsitektur yang memukau dan fasilitas yang lengkap, masjid ini diharapkan dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, meningkatkan pariwisata berbasis religi di Jawa Barat.
- Pusat Edukasi dan Kebudayaan Islam: Menyediakan ruang bagi pembelajaran Al-Qur’an, kajian Islam, perpustakaan, serta pameran seni dan budaya Islam, sehingga dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan.
- Simbol Persatuan dan Kebanggaan: Menjadi ikon baru bagi Jawa Barat yang merepresentasikan identitas masyarakatnya yang religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, sekaligus sebagai simbol persatuan umat.
- Ruang Publik yang Inklusif: Dirancang sebagai area terbuka yang ramah bagi semua kalangan, menyediakan taman, kolam retensi, dan area rekreasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk bersosialisasi dan berinteraksi.
Lokasi dan Kondisi Awal Sebelum Pembangunan
Masjid Raya Al Jabbar berlokasi strategis di kawasan Gedebage, Kota Bandung, sebuah area yang kini berkembang pesat namun dahulu dikenal dengan karakteristik yang berbeda. Sebelum pembangunan masjid dimulai, lokasi ini merupakan lahan kosong yang didominasi oleh area persawahan dan rawa-rawa, dengan topografi datar yang seringkali tergenang air, terutama saat musim hujan. Kondisi ini menuntut pendekatan desain dan konstruksi yang cermat untuk mengatasi tantangan lingkungan.Secara visual, area sekitar lokasi masjid sebelum pembangunan adalah hamparan hijau yang luas, dikelilingi oleh pemukiman warga di beberapa sisi, namun belum terintegrasi dengan infrastruktur perkotaan modern.
Keberadaan danau atau waduk retensi di sekitar lokasi merupakan bagian dari sistem pengendali banjir alami di wilayah Gedebage. Ide untuk membangun masjid di tengah danau buatan ini kemudian menjadi salah satu ciri khas desain Al Jabbar, yang tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga bagian dari solusi mitigasi banjir di kawasan tersebut. Pemandangan sebelum pembangunan didominasi oleh vegetasi rendah, genangan air, dan suasana pedesaan yang tenang, sangat kontras dengan kemegahan arsitektur yang kini berdiri.
Filosofi dan Elemen Khas Arsitektur Masjid Al Jabbar

Masjid Al Jabbar bukan sekadar bangunan ibadah, melainkan sebuah manifestasi filosofi arsitektur yang mendalam, dirancang untuk menjadi ruang spiritual sekaligus ikon budaya. Setiap lekuk, setiap garis, dan setiap detailnya memancarkan makna yang kaya, mencerminkan harmoni antara keagungan spiritual dan keindahan seni Islam. Filosofi yang mendasari pembangunannya berpusat pada penciptaan sebuah mahakarya yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat salat, tetapi juga sebagai pusat peradaban dan refleksi diri bagi umat.
Makna Simbolis Elemen Arsitektur
Elemen-elemen utama dalam arsitektur Masjid Al Jabbar dirancang dengan interpretasi simbolis yang kuat, menghubungkan bentuk fisik dengan dimensi spiritual. Setiap bagian memiliki cerita dan makna yang mendalam, mengundang jamaah untuk merenungkan kebesaran Sang Pencipta.
-
Kubah: Kubah utama Masjid Al Jabbar, dengan desainnya yang megah dan menjulang, melambangkan kubah langit, persatuan, dan keesaan Allah. Bentuknya yang melengkung sempurna sering diartikan sebagai representasi alam semesta yang tak terbatas, di mana setiap individu berada di bawah lindungan Ilahi. Desainnya yang modern namun tetap mengakar pada tradisi arsitektur Islam, menciptakan kesan agung sekaligus menenangkan.
-
Menara: Empat menara yang berdiri kokoh di setiap sudut masjid tidak hanya berfungsi sebagai penanda arah kiblat dan tempat mengumandangkan azan, tetapi juga melambangkan empat pilar Islam atau empat penjuru mata angin, menegaskan kehadiran Islam yang universal. Ketinggian dan proporsinya dirancang untuk menciptakan keseimbangan visual dan spiritual, seolah-olah menghubungkan bumi dengan langit.
-
Pola Geometris: Pola-pola geometris yang rumit dan berulang yang menghiasi dinding dan lantai masjid adalah salah satu ciri khas seni Islam. Pola-pola ini melambangkan ketidakterbatasan dan kesempurnaan ciptaan Allah, serta keteraturan alam semesta. Penggunaannya yang berulang tanpa awal dan akhir juga merepresentasikan keabadian, mendorong jamaah untuk merenungkan makna kehidupan dan eksistensi.
Wujud Asmaul Husna dalam Struktur Bangunan
Konsep “Asmaul Husna” atau 99 Nama Allah yang Indah, menjadi inspirasi utama yang terwujud dalam berbagai aspek struktur dan ornamen Masjid Al Jabbar. Pengaruh ini tidak hanya terbatas pada penamaan masjid, tetapi juga meresap ke dalam detail desain yang lebih halus, menciptakan pengalaman spiritual yang menyeluruh bagi pengunjung.
Keteraturan, simetri, dan keindahan proporsional yang terlihat pada setiap bagian masjid adalah cerminan dari sifat-sifat Allah seperti Al-Adl (Yang Maha Adil), Al-Hakam (Yang Maha Bijaksana), dan Al-Musawwir (Yang Maha Membentuk Rupa). Penataan ruang yang lapang dan terbuka, dengan aliran cahaya alami yang optimal, merepresentasikan Al-Wasi’ (Yang Maha Luas) dan An-Nur (Yang Maha Bercahaya). Bahkan pemilihan material dan teknik konstruksi yang presisi dapat diinterpretasikan sebagai upaya mencapai kesempurnaan yang mencerminkan Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta) dan Al-Mutakabbir (Yang Maha Megah).
“Dalam merancang Masjid Al Jabbar, kami tidak hanya melihat fungsi fisik, tetapi juga mencari esensi spiritual. Setiap garis, setiap bentuk, adalah upaya kami untuk merefleksikan keindahan tak terbatas dan keteraturan ilahi. Ini adalah dialog antara manusia dan Sang Pencipta, diwujudkan dalam bahasa arsitektur yang universal dan abadi.”
Detail Ornamen Kaligrafi, Arsitek masjid al jabbar
Ornamen kaligrafi pada dinding dan langit-langit Masjid Al Jabbar merupakan salah satu elemen paling memukau, yang tidak hanya memperindah ruang tetapi juga menyampaikan pesan-pesan suci. Setiap guratan hurufnya adalah karya seni yang penuh makna, menghidupkan suasana spiritual di dalam masjid.
Pada dinding utama, kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Asmaul Husna terukir dengan gaya khat Tsuluts yang elegan dan kokoh, menggunakan kombinasi warna emas dan biru tua yang menciptakan kontras mewah. Ornamen ini ditempatkan strategis sehingga mudah terlihat dari berbagai sudut, mengundang jamaah untuk membaca dan merenungkan maknanya. Beberapa area menampilkan kaligrafi dengan gaya Kufi yang lebih geometris, memberikan sentuhan klasik dan historis pada desain modern.
Sementara itu, di langit-langit kubah, kaligrafi Asmaul Husna disusun melingkar, seolah-olah memayungi jamaah dengan nama-nama keagungan Allah, menciptakan kesan megah dan transenden. Cahaya yang masuk melalui celah-celah kubah semakin menonjolkan detail kaligrafi, memberikan efek dramatis yang memukau dan meningkatkan kekhusyukan.
Simpulan Akhir: Arsitek Masjid Al Jabbar

Pada akhirnya, peran arsitek Masjid Al Jabbar jauh melampaui sekadar merancang sebuah struktur fisik. Dengan visi dan dedikasinya, arsitek telah berhasil menciptakan sebuah ruang sakral yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga sarat makna dan filosofi. Masjid Al Jabbar berdiri sebagai bukti nyata perpaduan harmonis antara inovasi arsitektur modern dan kekayaan budaya lokal, menjadikannya warisan berharga yang akan terus menginspirasi generasi mendatang dan menegaskan kembali pentingnya desain yang berakar pada nilai-nilai luhur.
FAQ dan Informasi Bermanfaat
Siapa arsitek utama yang merancang Masjid Al Jabbar?
Arsitek utama di balik desain Masjid Al Jabbar adalah Bapak Ridwan Kamil, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
Apakah Ridwan Kamil memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang arsitektur?
Ya, beliau menempuh pendidikan Sarjana Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Master of Urban Design di University of California, Berkeley, Amerika Serikat.
Selain Masjid Al Jabbar, karya arsitektur terkenal apa lagi yang pernah dirancang oleh Ridwan Kamil?
Beberapa karyanya yang lain termasuk Museum Tsunami Aceh, Alun-alun Cicendo Bandung, dan beberapa desain masjid unik lainnya di berbagai daerah.
Apa inspirasi utama Ridwan Kamil dalam mendesain bentuk unik Masjid Al Jabbar?
Inspirasi utamanya berasal dari rumus matematika Aljabar, yang juga menjadi nama masjid, serta konsep “Asmaul Husna” yang tercermin dalam pola geometris dan 27 pintu yang melambangkan 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
Apakah arsitek juga terlibat dalam pemilihan material dan ornamen interior masjid?
Tentu, sebagai arsitek kepala, Ridwan Kamil dan timnya terlibat aktif dalam setiap detail, termasuk pemilihan material, pola kaligrafi, dan ornamen interior untuk memastikan keselarasan filosofi desain secara menyeluruh.
